Artikel Terbaru »

Konfigurasi Cinta

Ini rindu kesadaran atau mabuk perjalanan di keremangan Mengungkapkan cinta sempoyongan pada siang dan malam “Jangan pernah mengaku menari seperti Rumi kita tiada pernah mampu menahan dahaga!” Terima kasih wahai guru bermujahadah di deru polusi zaman Ungkapan cinta sesungguhnya berdenyut jantung waktu Lantas mengalir darah ibadah di setiap jengkal jasad Kehidupan Tapi betapa limbung merindu Langkah kaki terantuk begitu saja Ketika jiwa menatap matahari tanpa ada kemungkinan gerhana Meriap dalam gurat dan jajar yang sungguh perih, penyesalan??!! Mengapa baru terlahir setelah segalanya terkoyak dan muram Di rahim yang dulu tempat sujud dan bertadarrus sunyi Betapa tandus kini, inikah padang bagi benih makrifat? Hanya air mata, sekedar air mata, tak tuntas memang Menebus segalanya yang telanjur direnggut penyembah berhala Sebab habis ruang untuk bertanya tentang salah siapa Kita pun pernah takabur meninggalkan surau tua Setelah pendakian, dan musyahadah Cinta betapa indahnya Rinduku semakin menjelma untukmu gha Detak irama langkah kerinduan yang mengetuki multazam Jiwa, yang terlalu kerap lusuh oleh derai musim dan zaman Yang tak pernah bertawajuh ketika galau memuncaki rongga dada Sungguh, alunan rindu yang sebenarnya telah berulang itu kini Melecut-lecut hingga kesombongan lantak dan tiarap tak tersisa “menggenggam tali tarikat memang kadang seperti bara!” dan aku semakin tergeragap dari tidur panjang tanpa pelita maka di tapak sejadah berbinar cahaya, serenada pun mengalirkan cinta “doakan cinta kita sayang.. untuk dapatkan mawadah"

0 Comments:

Post a Comment



 
 
 

Member

 
Copyright © THE LAST EPISODE Powered by: Blogger.com
Template By: Ikhsan Hafiyudin