Artikel Terbaru »

Pendakian Terakhir

Aku menyimpan harapan tentangmu satu persatu dalam menghadapi kenyataan bahwa kamu adalah kenanganku… perlahan kudaki bukit berbatu, mengelilingi tepi berduri bertelanjang kaki.. perih kurasa namun tak seperih yang kamu rasa…
Aku telah hidup dimasaku lagi, masa dimana aku merasa terisolasi dari perjalananku meuju keyakinanku tentang siapa aku dan untuk apa aku disini.. aku menantimu atau aku berimajinasi tentang kamu?! Memperdebatkan ini sebagai bagian dari hubungan transdental! Orang gila yang mempermainkan karet gelang ditepian jalan, tanpa pernah malu akan jalan hidupnya.. mungkin aku bisa seperti dia untuk menyelami kehidupan.. aku rasa lebih mulia dibandingkan aku harus tetap bertahan dengan keserakahan dan ketidakpuasaanku dalam menikmati yang kini aku punya..
Ujung bukit ini masih belum terlihat, struktur jalannya curam sekali, jhampir-hampir aku kembali terjatuh kelubang yang sama dalam hitungan detik saja.. kerongkonganku pun belum terpuaskan dahaga akan kenikmatan airmatamu, sehingga penat sekali aku merasa.. lalu aku menjilati tepi bebatuan yang dibasahi oleh air liur kecemasanku untuk tidak mengharapkan airmatamu kembali.. jika aku salah aku memohon maaf untuk kesekian kalinya!

Inilah yang aku sebut dengan perjalananku menuju puncak terakhir dari bukit ini... bukit yang berbatu ingin aku sulap menjadi padang rumput yang indah... mungkin aku takkan beranologi... tapi inilah persembahan terakhirku untukmu.. apabila kau tak juga menurunkan hujan untuk membasahi bukit ini, rumput hijau ini akan kering dengan sendirinya.. dan si pendaki pun akan mati kehausan tanpa pernah mendapatkan apa yang ia perjuangkan…

Metamorphoself

Transformasi seorang adam..
Terwujud dalam manifestasi disolusi dalam tubuh kurus kecil tak bersahaja ini...
Menatap mencari faktualitas semu ketika berada dihadapan kotak magic yang Menyenandungkan untaian nada sendu dalam kesendirian...
Dinamika hidup yang dipenuhi struktur bulat perwujudan emosional kala kamu mencoba membunuh waktu...

Hidupku bersama harapan dan mimpi...
Tapi aku tak mau menjadi pemimpi..
Seorang pemimpi adalah manusia egois..
Tak peduli apa kata orang tentang imposibilitas..
Akan perwujudan ekspetasi-ekspetasi kapalan...

Aku Menjadikan kesendirianku sebagai distorsi tapal batas egoisitas...
Retorika impulsif yang hadir kala ku coba nyalakan lenteraku..
Padamkan sejenak jingga dalam batas temaram...
Gerak langkah yg menderap seketika bungkam...
Terjebak alunan syahdu gembala siang tanpa ucap..

Ketika Katup Matrixku telah terbuka..
Pencerahan, enlightmen, itulah titik revolusi pemikiranku..
Saat itu juga, afirmasi bekerja secara ajaib..
Mengubah realitasku yang telah tertelan zaman...

Diamku adalah argumentasi...
Sepi... dingin... jalananku masih sama..
Reruntuhan kaldera itu masih tepikan puingnya diantara harapan...
Jika boleh aku kumandangkan kata...
Kuucapkan selamat tinggal kepada yang mulia bertahta...

Serang, 16 November 2009 (08:45 Am)

Wait

Malamku dikota dengan deru mesin pesawat yg terbang rendah.. dipelataran parkir sebuah rumah makan fast food berlabel kartel kapitalisme buatan asing yg berdiri kokoh.. saat menjilati keangkuhan zamenhorf tua yg belum juga melangkah maju.. itulah aku.. kilatan lampu mobil mewah terus menyerangku sementara fikiranqu telah terprogram untuk terus meladeni kefrustasianku sendiri sementara aq masih sulit bermethamorphoself dalam eksistensiku untuk berdaya! tak sulit untuk menggerakan simpul keterasingan malam ini.. unsur terpentingnya adalah memutar balikan fakta seputar kejujuran! tp malam ini gelas itu kembali pecah dan imajinasiqu terkurung di sekitar keypad abcd.. dan membiarkanqu menunggu ditepian jalan.. sudah 4 batang rokok yg aq hisap namun Brown Sugar yg kutunggu belum juga muncul.. aah sudahlah.. lailatul qodr mungkin tidak datang malam ini tapi dalam tiap detak nafas asma 4wl akan terus kudendangkan..

Tangerang,18September 2009 (12:34am)

Membunuh Karakterku Sendiri

"Iskandar Zulkarnaen mengalahkan hampir semua Negara beradab di masa itu dengan tentara Yunani, yang cuma 40.000 orang ... Dalam perang dunia ke- I (tahun 1914-1918) Jerman mempergunakan lebih kurang 6.000.000 prajurit... Dalam perang dunia ke-II (1939-1945) Soviet Rusia mempergunakan lebih kurang 20.000.000 (20 juta) prajurit.. "


Bagaimana dengan diri seorang makhluk tuhan ini yang mengatasnamakan dirinya manusia dapat bermetamorphoself dengan keadaan yang sangat renta ketika dia harus berjibaku melawan immunodeficiency virus yang ada didalam tubuhnya..?!! yah.. terjadilah pergolakan batin sebagai manifestasi dari berbagai sebab frustasi.. rasa takut..ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan sehingga melahirkan sifat bawaan yang diametral yang menelurkan insting kematian yang oleh dirinya diilustrasikan sebagai binatang pemburu yang ganas namun tidak pernah dapat mengalahkan rasa takut yang ada didalam dirinya sendiri... dan kontradiksi pun telah terjadi... dapatkah anak muda ini mengalahkan rasa takutnya sendiri...?! bahkan tangga menuju inverno pun tak pernah terlihat dipelupuk matanya.. harus kah terjadi genosida terhadap rasa takut itu...?!!
hei... bahkan untuk bersosialisasi dengan seorang wanita saja dia masih ragu... betapa bodohnya dia! duduk berhadapan... tanpa tahu apa yang hendak dikatakan pada sang hawa..!!? apalagi melakukan mobile warfare!! menembus barikade kepercayaan diri saja ia tak mampu... ''aku memikirkan sesuatu yang belum dia fikirkan" jawabnya ragu.. "apa yang akan aku lakukan..jika aku saja tak tahu apa yang aku lakukan?! karena untuk saat ini pun aku belum melakukan apa yang seharusnya aku lakukan" silahkan berargumentasi dengan bestari dengan bijak tutur katanya.. sadar kalau semua ini hanyalah konsekwensi dari apa yang dulu pernah dilakukan maka dia memilih untuk duduk bersanding bersama mitraliyur karabin yang tercipta untuk segera meledakan isi kepala!!


Salahkah aku yang mencampuri urusanku sendiri?!
salahkah aku yang mencederai Diplomasi Serigala Licik itu dengan vain iydel?!
salahkah aku yang berdiplomasi dihadapan partisanku sendiri?!

sudahlah.... aku muak dengan janji...
aku mual dengan ilusi diri..
mengabdi dibawah ketiak egoisitas...
ini melelahkan...

sudahlah kawan...
biarkan aku menghisap rokok tanpa api..
biarkan saja aku menari tanpa instrumen..
biarkan aku bernyanyi tanpa suara...
biarkan aku menulis tanpa kertas... pena... dan akal fikiran...
biarkan saja semua mengalir begitu saja...
tanpa alur yang jelas... tanpa ide yang tangkas,..
walaupun aku tak pernah tahu apa yang aku tuliskan malam ini...


Tapi aku ingin mengingat "dia" sekali lagi...
mengaguminya.. walau aku sadar "BUKAN AKU"
tapi biarkan saja...
Perang baru saja dimulai... aku akan lebih hebat dari Iskandar Zulkarnaen!!

Didalam Selimutku

Aku terjebak dalam sakitku sendiri…
Ditengah keheningan malam yang menertawakan diriku…
Lelah memacu desir bergumam…
Inteligenitasku telah sampai dibatas peraduannya…
Namun tubuhku masih mengerang kesakitan…

Suasananya masih sama mencekam…
Sama seperti aku yang berbisik dalam kelam…
Gelap… tak ada cahaya.. didalam selimut aku tak berdaya..
Terang… banyak cahaya… didalam hampa aku gulita...

Aku tak mau mama tahu...
Tentang apa yang kurasakan kuharap ia takkan tahu...
Kutakut ia berpacu melawan ketakutan akan diriku..
Diriku yang selalu tak mau tahu tentang keterbatasanku...

Bawa aku melintasi guratan takdir...
Pergi menjauh dari sini....
Tapi Aku hanya ingin sendiri..
Karena aku ingin sendiri.....
Menikmati kesendirianku....
Dan aku ingin menikmati....!!

Serang, 9 Juni 2007

Selamat Tinggal Cantik.....

Terbunuh Sepi...Sepi... dan Aku kesepian....Aku menggeleng tanpa pernah ada orang yang bertanya, yang bahkan aku sendiri tak bermaksud untuk menggelengkan kepalaku mungkin ini reflek dari proses pengintograsian yang telah dilakukan sekumpulan oleh pangeran kecil dengan singkup kemasyurannya, dan lihat betapa lihainya aku bersilat lidah, dalam satu dua hitungan detik aku telah berhasil mengelabuinya untuk terus pergi meninggalkan mereka yang telah puas dengan jawaban-jawaban palsu yang telah aku berikan begitu saja, nampaknya mereka percaya, namun tidak untuk wanitaku! Andai saja kamu setolol orang-orang itu sayang, mungkin aku bisa saja mencuri perhatianmu barang sedetik saja, “kamu mencoba menipuku kalau begitu?!” si cantikku berang, aku hanya tertunduk lesu memegangi dadaku yang terasa sakit, rasa penasarannya mengalahkan iba nya kepadaku, si cantik tidak mempedulikan erangan halusku menahan rasa sakit ini, aku tidak berusaha mencoba menjawab pertanyaan si cantikku itu dan aku sangat yakin dia menunggu aku mengatakan sesuatu untuk memuaskan keingintahuannya tentang aku berbohong atau tidak, walaupun begitu mungkin saja dia telah tahu jawaban atas pertanyaannya itu tanpa aku menjawab. Sesaat kemudian dia pergi, aku masih terduduk diujung koridor ruang pengap saat dia pergi berlalu bersama laju emosinya dengan cepat dan menghilang! Apa aku peduli, nampaknya masih belum aku masih sibuk memegangi dadaku,aku mengalami Hypoventilasi!

Bayangan tentangnya masih lekat membayangiku saat ini, betapa tidak, sekelumit cerita tentang makhluk yang satu ini seakan enggan beranjak dari penuhnya bersama hiruk fikiranku yang terkontaminasi beban adiksi, kuputarkan saja senandung tembang patah hati karya musisi kelas rendahan Indonesia ini. Hingga pagi ini aku masih berkutat bersama bayangannya, dengan bodohnya kuambil box peralatan ‘bermainku’ , kukenakan torniket ditangan kiriku, setelah itu aku sibuk dengan terumo kecil, sendok stainless steel, korek gas, dan sedikit ‘snow white’ tecinta yang tersisa, kuambil nafas dalam-dalam lalu dengan sedikit dorongan kecil pada si terumo itu aku telah melayang menuju inverno.

Selamat tinggal cantikku

Apa dan Siapa?!

Pagi ini sendu.. aku baru saja selesai membaca opus magnum Gerpolek milik Tan Malaka seorang unforgotten hero dari Minangkabau. Suara sumbang semakin terdengar darilapangan rasa khayalku, botol-botol minuman itu masih berserakan dihadapanku, kupandangi satu-persatu, dan sesaat kemudian aku mulai mengalami kejenuhan yang teramat sangat, kumaki saja lewat setiap jengkal tulisan yang aku buat, perjanjian yang aku buat diatas secarik kertas putih yang lantas aku sebut saja nurani bertahta mengisyaratkan pergumulan sengit antara ketidakpercayaan dan keegoisan, entahlah aku tleah meilih untuk tidak memilih walaupun pagi ini sendu, kucoba saja untuk memanipulasi perasaanku kembali. Kembali kelapangan rasa khayalku, kujumpai setiap makhluk yang memandangku sinis seakan ingin menerkam dan mencabik-cabik tubuh lemahku, sayup-sayup kudengar suara anjing yang bernyanyi, lalu menyusul kemudian rengekan bocah kecil yang merengek meminta belas kasihan orang tuanya, tubuhnya kurus kering, tanpa kesakralan janji yang melekat ditubuhnya, matanya sayu, ditangan kanan dan kirinya masih tertinggal jejak suntikan yang membekas, fikirannya melambung jauh entah kemana, tatapan matanya kosong, wajahnya biru lebam, tubuhnya lemah tak berdaya tergeletak disamping keegoisannya, aku mencoba menghampirinya, bau busuk menyeruak dari sekitar tempat ia berimajinasi, kututup hidungku lalu mencoba memberanikan diri untuk melangkah, perlahan kuhampiri, dan sungguh!! Aku tercengang melihat sesosok pria lusuh yang sedari tadi aku lihat dari kejauhan.. itu aku! Aku melihat diriku sendiri!! Sekujur tubuhku lemas, tak pernah aku menyangka bahwa betapa nistanya diriku sendiri, aku merasa kasihan pada diriku sendiri, aku lemah tak berdaya dan tak seorangpun yang mau menolong diriku selain aku sendiri! Kudapatkan seutas tali untuk menjerat lehernya saja, lelakiku meronta-ronta, namun aku gelap mata terus mencoba membunuh sampah ini! Dia terus melawan dengan segenap tenaga yang tersisa, airmatanya berderai diiringi jeritan menyayat hati, orang tuanya tak ada saat itu, tak sampai hitungan menit, “aku” itu pun mati, dan aku yang ini hanya terpelanting jauh meninggalkan “aku” yang itu sendiri, aku menghantarkan “aku” menuju purgatorio untuk bergabung bersama iblis disana. Aku berusaha menstimulasi kembali otakku untuk bekerja, fikiranku sejernih air keruh, aku pergi membawa keranda mayat “aku” yang itu sendirian, melelahkan memang, aku terus berjalan melewati gang sempit dilingkungan kenistaan, kemudian sampailah aku disebuah jurang curam dibatas peraduan jingga tak berbatas, kulemparkan mayat “aku” kedasar jurang! Kulambaikan tanganku tuk mengiringi kepergian “aku” sambil terus kumaki “aku” yang menyeretku dalam kelam.
Cermin yang tak pernah pantulkan kepalsuan, aku tersadar bahwa semua ini adalah persfektif daria apa yang aku sebut keterasingan, bagaimana aku berinteraksi dengan diriku sendiri, ketika aku membawa lari kebebasanku sendiri lalu berteriak mencari kebebasan yang telah aku curi dari tanganku sendiri, dan menyalahkan diriku dari sebab akibat yang aku buat sendiri! Mungkin kalian berfikir inilah konsekwensi dari apa yang telah aku jalani sendiri, dan mungkin saja kalian benar.

Lewat tengah hari, iblis masih mengejekku, dia tertawa dan berdansa tepat didepan hidungku! Kubenamkan saja wajahku kedalam Lumpur kesendirian lalu aku mengadu pada iblis yang satunya lagi, yaa.. aku telah lama mengenal iblis itu, dia teman baikku namanya Terumo! Dia sangat baik kepadaku, menemaniku saat aku sedang terpuruk, walau ia tak hadir ketika sakuku sedang kosong, dan meninggalkanku ketika aku sedang sakit menahan rasa sakit disekujur tulang dan hatiku. Lewat seorang kawan aku berlari mencari iblis temanku itu, kutitipkan saja dua lembar uang Seratus Ribu padanya, lewat kawanku aku dapat bertemu dengan iblis kecil itu, satu jam menunggu kawanku belum datang, dua, tiga, empat, sampai delapan jam temanku tak juga datang, kucari dia dalam lelah, namun dia tak pernah datang juga! Damn!! Dia menipuku, sama seperti aku yang menipu Mama, Papa, dan Parcoy familyku, aku berjalan tertunduk lesu.. iblis yang daritadi menari dihadapanku sekarang sudah memainkan peranan lain sebagai seorang penari pendet, tarian yang kemarin baru diklaim oleh negara tetanggaku. Aku mengalami dekadensi! Entah bagaimana lagi caranya aku harus mengusir iblis ini dari hadapanku..
Mendung telah tersekat, belati menancap dijantungku, ingin kutinggalkan sejenak kebebalanku, jengah ini masing mengisi hariku catatan kelam diujung tulisan ini, apa aku masih bijaksana?! Tidak, lupakan saja, Djibril enggan mendekat untuk memberikan wahyu kepadaku. Hari ini kutuliskan sajakku diatas kain merah pemberian Oma, sebuah sajak sendu untuk jiwa-jiwa yang haru, sajak yang tak pernah berbentuk, sajak yang kupatrikan diplakat jiwaku.. Sajak indah berjudul "KEPARAT" yang tak pernah tertulis dan terbit ...

Maafkan Aku Mama

“Mah… Lihat raport ku… Aku naik kelas..” Mama tersenyum bangga kepadaku
“Mah... Aku khatam Al-quran..” Mama masih tersenyum bahagia..
“Mah... Aku Juara I Lomba Sepatu Roda..” Mama mengelus kepalaku dan tersenyum..
“Mah... Aku dapet nilai Sejarah 10 di Raport…” Mama ceritakan ke semua orang..

Semua itu adalah bagian dari cerita masa Indahku bersama Mama... semua begitu Indah... bersama Mama, Papa, dan Adik kecilku.. Begitu bangga Mama akan diriku yang menurutnya dapat mengangkat derajat dan martabat keluarga kelak, aku sangat dipersiapkan untuk menjadi putra mahkota pewaris tahta kerajaan putus asa ini...
Papa dengan bijaksana mengajariku tentang kehidupan, tentang masa dimana aku kan tahu siapa aku.. Mama yang dengan lembut mengajariku tentang keterbatasan.. dan aku pun berusaha mengimplementasikan “isme” mereka dengan baik.
Sampai tiba saat aku menjejakan kakiku di sebuah lembah yang akan memaksaku untuk terjun kedalamnya.. lembah yang seketika langsung menjerumuskanku kedalam lubang yang teramat dalam .. disana aku memanggil manggil harapan namun nyaris tanpa suara.. berteriak juga tanpa suara.. hanya mahkota kebimbanganlah yang saat itu aku kenakan melengkapi keterpaksaanku menjalani rutinitas yang kelak akan sangat membosankan...

Kehidupan yang telah aku pilih.. tak berarti banyak ketika tenggelam dalam lautan penyesalan… bergunakah sepi jika hujan merintik basahi nurani jiwa yang bersih..
Jalan berliku.. terjal bagai bukit yang mengarak awan dari ujung dunia ke dasar samudera.. siapa punya keabadian?! jelas Tuhan Yang Maha kuasa… tapi apa aku masih punya kuasa.. setidaknya untuk diriku sendiri…Aku membawa kabur kebebasan yang seharusnya aku rasakan saat usiaku menginjak pubertas. Kembali kealam bawah sadar, rapatnya tembok sesal menyulitkan aku untuk dapat menembusnya, lalu setebal apakah keimanan?! Tak usah pertanyakan! Kesampingkan sajalah dulu itu, percuma, aku takkan mampu menembusnya karena aku tak punya cukup kekuatan untuk dapat mendobraknya, hanya saja aku dapat menyentuhnya halus kala aku berada disamping pelukan Mama saat menjelang sakitku. Berserakanlah muntahan bau busuk keluar dari mulutku namun dengan penuh kasih, Mama segera menyekanya dengan cinta darinya untukku.

Aku masih tetap sama seperti hari kemarin.. saat kupacu sedan putihku melaju melintasi jalan bebas hambatan yang menghubungkanku dengan jalan menuju kepuasan tak terbatas, tak pernah tiba saat bestari bangunkan aku dari mimpi buruk ini, tubuh mungilku sudah tidak mampu lagi bermanuver bersamanya, Saat terumo kecil menancap dikulit halusku lalu meluncur deras melalui nadiku bercampur darah kotor itu untuk membawaku serta kealam kedamaian versiku, sebatang rokok aku hisap dalam-dalam, sedalam percakapan hangatku dengan Iblis saat itu, sedetik kemudian telah sampailah aku diduniaku sendiri, dunia yang tak semua orang dapat hidup didalamnya, sejenak lelahku tersandarkan, permasalahan, egoisitas, kemunafikan hidup, terbantahkan saat itu, Tiap jengkal tanah yang aku lewati, meninggalkan tetesan darah segar, menjilati keangkuhanku sendiri.. aku yang memang hadir kala simpatisan iblis mendukungku untuk segera mempatrikan gurat penyesalan di plakat jinggaku yang murni, hanya terpaku didepan batu Nisan sahabat yang mati karena ketololannya sendiri, pun demikian dengan aku.. “Ah...ini melelahkan” ketika harus berjibaku melawan kealpaan dengan perhitungan matematis diatas kertas tanpa menunjukan hasil yang signifikan untuk tiap perubahan kecil yang akan aku kemas ini..”Ini bukan sekedar teori”.. ketika Aku berfikir untuk melepas ketergantunganku pada “Snow white”, seketika itu juga aku berada diantara persimpangan antara egoisitas dan kemunafikan.. kemunafikan pada tiap janji yang aku ucapkan pada Mama, Papa, dan sahabatku!! Refleksi dari cerita yang bahkan aku tak pernah ingin menulisnya!!

“Mah.. Aku Mengidap Kanker Hati...”

Wajah Mama merah padam.. terlihat jelas guratan kekecewaan dari wajah cantik mama... rasa kecewa jelas terpancar dari wajahnya.. bulir-bulir airmata mulai membasahi pipinya walau Mama berusaha tegar untuk menerima kenyataan ini.. Tak ada lagi senyum bangga diwajah Mama.. yang dulu selalu kulihat ketika aku naik kelas.. tak ada lagi peluk cium mama yang dulu aku lihat ketika aku Juara Lomba sepatu roda.. “Sabar ya Nak.. Tuhan sedang bicara kepada kamu..” kata-kata itu meluncur dari mulutnya dengan begitu bergetar.. Aku yang tertunduk malu begitu kaget dengan ucapan Mama.. sebelum aku memberanikan diri untuk bilang ke Mama, Aku membayangkan Akan hinaan, cacian, makian, dan hal terburuk lainnya.. tapi Mama begitu lembut, bahkan sangat lembut.. Mama berikan aku ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi vonis ini.. dan Mama tak lagi menceritakan hal ini kepada semua orang, tak seperti ketika aku mendapatkan Nilai 10 di raport.
Mama tidak pernah marah atas akibat yang menimpaku saat ini, menyimpan keluh kesahnya sendirian, memelukku ketika aku menderita syndrom ketergantungan heroin di Panti Rehabilitasi.. menungguiku di Rumah Sakit.. Bahkan ketika aku terdiskriminasi, terstigma, terasingkan dari Keluarga Besarku karena statusku sebagai seorang Pecandu Napza yang terdiagnosis kanker hati stadium 3 pun Mama berusaha meyakinkanku bahwa mereka bersikap demikian karena ketidakmengertian mereka akan permasalahan yang sesungguhnya...! Hepatoselulerkarsinoma mengawali perjalanan si virus untuk memporak porandakan tubuh lemahku.. tak lama Limpadenopati datang menemani.. Yah, aku berusaha untuk dapat berdiri.. untuk tersenyum.. namun baru saja aku mencoba bangkit.. Tuhan berikan lagi satu “hadiah” Progressive Multifocal Leucoencephalopathy!! Awalnya aku merasakan lemah kaki kanan dan kiriku, lemah dalam berfikir dan berbicara dalam intensitas terbatas..namun ketika hasil Magnetic Resonance ku keluar.. GOD! Dokter mulai menjelaskan bahwa itu Infeksi Oportunistik pada otak!! Damn…!! Lututku bergetar.. ada apa lagi Tuhan.. semua organ ditubuhku tak ada lagi yang normal… hati, paru-paru, dan kini otak! Aku Pasrah..tertunduk lesu kemudian Mama memelukku.. erat.. dan sangat erat.. seakan enggan melepaskan aku begitu saja untuk menuju inverno yang abadi..!! Mama menangis sejadi-jadinya kemudian terbayang saat-saat indah yang aku lewati bersamanya, gelak tawa yang tercipta, dan berjuta kenangan indah bersama mama, dan tanpa terasa airmataku jatuh..


Mama…
Maafkan aku yang tak dapat menempatkan diriku di tempat tertinggi..
Maafkan aku yang tak lagi dapat membuat Mama tersenyum…
Maafkan aku yang tak pernah bisa membuat Mama bangga seperti dulu..
Maafkan aku yang tak mampu menggurui diriku sendiri…

Aku memang lemah tapi aku belum menyerah.. aku masih ingin melihat Mama tersenyum bangga melihatku bekerja!! aku masih ingin melihat teman-temanku yang tersisa itu lepas dari ketergantungan, aku masih ingin melihat adik kecilku berangkat sekolah.. meskipun aku tak ingin adik manisku itu tahu tentang “Aku”… aku masih ingin membantu kawan-kawanku yang terinfeksi lainnya untuk memperjuangkan hak nya sebagai bagian dari masyarakat kelas social.

Aku terlahir sebagai manusia normal, yang menangis kali pertama aku dilahirkan kemuka bumi, tanpa dosa apapun atau cacat fisik. Aku merasakan belaian kasih orangtuaku membelai tubuhku tiap hari penuh cinta, walaupun ditengah-tengah perjalanan hidupku, aku berada dibelakang garis keputusasaan yang membuatku enggan mendeskripsikan betapa seorang hina seperti diriku dapat terus memacu laju kendaraan hidupku dengan baik, namun setidaknya aku dilahirkan untuk hidup sebagai manusia yang memanusiakan manusia, bukan sebagai manusia yang membinatangkan manusia seperti yang selama ini aku rasakan, saat bayangan viktimisasi, stigmatisasi itu selalu menghantuiku sepanjang hidupku.

Walaupun banyak orang yang memandangangku sebelah mata, namun Banyak juga yang berusaha menjadi pahlawan dari kesempatan ini, menasehatiku lalu pergi berlalu dengan berhati-hati saat mendekatiku sambil berdecak ”Sabar, ya...” seraya mengasihaniku dengan mencoba memfasilitasi kealpaanku dari nista semu menghentak.. menggebrak payung-payung yang telah terbuka namun ketika hujan turun ia menutupnya. Lalu ada apa dengan semua?! Ataukah hanya sebuah personifikasi segmentasi kehidupan?! Ada apa dengan diriku.. aku ingin bercerita tapi apa kalian mau dengar?!


Aku sudah cukup muak dengan semua perlakuan demikian walaupun pada akhirnya aku menyadari kalau itulah konsekwensi dari apa yang telah aku lakukan sebelumnya, tapi apakah salah jika aku meminta kalian mengerti tentang keadaanku yang memang membutuhkan pengakuan sebagai makhluk Tuhan yang kalian sebut Manusia itu?! Mungkin aku terlalu egois dan keras untuk menyikapi hal ini.. tapi apakah aku akan terus berpangku tangan ketika jutaan Mama di muka bumi ini menangis ketika anak-anak yang telah mereka lahirkan harus menderita!!? Dan harus menerima perlakuan yang sangat tidak manusiawi?! Diasingkan, ditolak Rumah sakit ketika sekarat dengan alasan yang tidak masuk akal?! harus menghadapi diskriminasi disekolah, ditempat kerja dikucilkan dari pergaulan,..?! bahkan harus menanggung malu lantaran vonis yang diberikan oleh masyarakat!? Apa aku harus diam!? Aku pernah mengalaminya!! Dan apa mereka peduli?! Aku ingin terus berjuang agar stigma dan diskriminasi ini tak akan pernah terjadi lagi pada hidupku, hari ini, esok, lusa, dan sampai kapanpun. Karena menurutku DIAM SAMA DENGAN MATI, aku sangat ingin melihat orang-orang dapat berkomunikasi kepada orang yang terdiagnosis kanker dengan cara yang mereka lakukan kepada orang dengan penyakit biasa yang umum. Maksudku tanpa rasa takut, mendeskriditkan, atau menghakimi, sama dengan harapan Mama dan jutaan Mama lain yang selalu ingin orang-orang itu mengerti tentang bagian dari kehidupan yang aku alami karena tak ada satu orangpun di dunia ini yang tidak berpotensi menyandang status sebagai seorang dengan kanker hati yang mencoba bertahan.

“Mama adalah satu-satunya alasan untukku bertahan hidup” mungkin di luar sana banyak sekali wanita-wanita hebat yang mampu merubah dunia… tapi untukku… Mama ku adalah wanita terhebat di dunia!! Lebih hebat dari Margaret Teatcher, lebih cantik dari Queen Nevertiti, atau sedigjaya Corazon Aquinno..!! Mama adalah anugerah terindah yang pernah Tuhan berikan unutkku…terima kasih Mah untuk semua ini.. Maafkan aku …
“Aku Mengidap Kanker”.

 
 
 

Member

 
Copyright © THE LAST EPISODE Powered by: Blogger.com
Template By: Ikhsan Hafiyudin