Artikel Terbaru »

Konfigurasi Cinta

Ini rindu kesadaran atau mabuk perjalanan di keremangan Mengungkapkan cinta sempoyongan pada siang dan malam “Jangan pernah mengaku menari seperti Rumi kita tiada pernah mampu menahan dahaga!” Terima kasih wahai guru bermujahadah di deru polusi zaman Ungkapan cinta sesungguhnya berdenyut jantung waktu Lantas mengalir darah ibadah di setiap jengkal jasad Kehidupan Tapi betapa limbung merindu Langkah kaki terantuk begitu saja Ketika jiwa menatap matahari tanpa ada kemungkinan gerhana Meriap dalam gurat dan jajar yang sungguh perih, penyesalan??!! Mengapa baru terlahir setelah segalanya terkoyak dan muram Di rahim yang dulu tempat sujud dan bertadarrus sunyi Betapa tandus kini, inikah padang bagi benih makrifat? Hanya air mata, sekedar air mata, tak tuntas memang Menebus segalanya yang telanjur direnggut penyembah berhala Sebab habis ruang untuk bertanya tentang salah siapa Kita pun pernah takabur meninggalkan surau tua Setelah pendakian, dan musyahadah Cinta betapa indahnya Rinduku semakin menjelma untukmu gha Detak irama langkah kerinduan yang mengetuki multazam Jiwa, yang terlalu kerap lusuh oleh derai musim dan zaman Yang tak pernah bertawajuh ketika galau memuncaki rongga dada Sungguh, alunan rindu yang sebenarnya telah berulang itu kini Melecut-lecut hingga kesombongan lantak dan tiarap tak tersisa “menggenggam tali tarikat memang kadang seperti bara!” dan aku semakin tergeragap dari tidur panjang tanpa pelita maka di tapak sejadah berbinar cahaya, serenada pun mengalirkan cinta “doakan cinta kita sayang.. untuk dapatkan mawadah"

Izinkan Aku Bersama Meida TUHAN

Kembali bersama larutnya imajinasi dibatas mimpi, aku tiba-tiba saja termenung menatap keraguan dalam keheningan malam. Aku masih merasakan sakit yang sangat luar biasa ketika aku menuliskan cerita ini, inilah cerita yang kelak akan menjadi kenangan saat Ega akan mengingatku. Tuhan berikan waktu satu tahun lagi untuk dapat bersama Ega, karena dialah yang membuat aku menjadi “hidup”. Dia tak hanya hadir ketika aku dalam kondisi terbaik, tapi dia ada ketika aku merasa tak ada lagi seorang pun yang mau berbagi keceriaan bersamaku. Ega yang datang untuk memelukku, dia jugalah yang mengalahkan rasa takutku pada diriku sendiri. Maka aku mohon Tuhan, berikan waktu satu tahun lagi untuk dapat bersamanya, karena dialah yang membuat aku menjadi “nyata”, Jika satu tahun terlalu lama untuk aku dapat bersama Ega.. Maka aku mohon kepadaMu Tuhan, berikan aku waktu satu bulan untuk bersama dia lagi.. Aku tak mampu untuk menahan rasa sakit yang menggerogoti tiap jengkal tubuhku. Aku tak pernah tahu kapan Izrail akan datang menjemputku, tapi aku selalu mencoba untuk bisa berdiri, sekali lagi disamping Ega untuk selalu memeluknya Apakah kalian bertanya mengapa dia sangat berarti untukku?! Lebih dari yang kalian fikirkan, Ega adalah harta karun terbesar dalam sejarah di hidupku. Ega telah mampu merekontruksi jati diriku. Dia jugalah yang membangunkan aku dari keterpurukan, aku bahagia memiliki dia. "Maka aku mohon Tuhan, berikan aku waktu satu bulan untuk terus dapat bersama peri cintaku ini" Dan jika satu bulan terlalu lama "Maka aku mohon kepadaMu Tuhan berikan aku waktu satu hari saja untuk berbagi cinta dengan Ega" Karena dia telah mengibiri ketidakpercayaanku terhadapMu. Ega adalah fakta sempurna, dibalik kemunafikan dunia terhadap bintang dilangit yang biru, jika memang benar bahwa kekasih adalah segalanya maka aku akan menempatkan Ega diatas langit yang biru itu, dia adalah cahaya dari ramahnya sinar mentari di pagi hari, seminggu yang lalu aku tengah bersamanya, aku tidak membayangkan akan dapat selalu bersamanya sampai hari ini,sesuai janji kita bersama, sayang! Kita selalu bersama!! Jika aku harus pergi meninggalkan panggung sandiwara ini untuk menuju keabadian lalu dengan setia aku akan menunggu Ega di padang mahsyar, maka berjanjilah sayang untuk tetap setia pula menjaga keutuhan kita, sematkan tanda cinta untuk semua manusia, karena jika Tuhan tidak berikanku kesempatan untuk bersama Ega lagi, aku akan sangat menyesal. "Maka aku mohon Tuhan aku hanya ingin satu detik saja lagi untuk bersama kekasih terbaikku ini" “Aku senang dapat mengenalmu, karena kau telah warnai kehidupan terakhirku MEIDA ANGGRAENI.. kau telah berhasil menyingkirkan keraguanku akan cinta yang hilang dari hidupku… Aku senang dapat mengenalmu, karena engkau selalu tersenyum untukku, tetaplah tersenyum untukku karena aku akan selalu ingin melihat senyum itu, tetaplah tersenyum Ega.. Nafasku begitu tersenggal untuk dapat mengatakan bahwa aku cinta kamu, Semoga kau kini dapat memahami tentang mengapa aku bertahan malam ini, adalah alasan untukku dapat mengatakan bahwa aku cinta kamu Ketika ini menjadi akhir dari episode kehidupanku… Aku ingin dapat terus mencintai Ega Tetaplah mengenangku sebagai seorang pemimpi.. Seorang pemimpi yang pernah mencintaimu Tersenyumlah… "Dan aku akan memohon lagi kepada Tuhan untuk memberikanku kekuatan untuk dapat selalu hidup bersama denganmu"

apa kabar??

“Kamu berkerumun dengan sesamamu dan punya kata-kata indah untuk tindakanmu itu. Tapi aku katakan kepadamu : cinta ku itu adalah cinta diri yang buruk. Aku berlari dari diriku sendiri kepada kepadamu dan dengan senang hati menyebutnya sebagai sebuah kebajikan, tapi aku sudah tahu apa yang ada dibalik “ketidakegoisan” mu itu. Lelah sudah aku berjalan sayang, banyak sudah aku menemukan kebaikan dan keburukan dari semua yang pernah aku jalani.” “Aku harus menjadi yang tertinggi diatas orang lain, tidak ada yang mencintai jiwaku yang selalu iri itu, kecuali seorang aku” ini lah yang membuat jiwa seorang Aku tergetar, karenanya, aku ingin pergi kejalan menuju kebesaran. Hmzz.. mengatakan kebenaran dan pintar menggunakan peribahasa dari idiom konsumerisme pengetahuan yang bodoh, demikian terdengar menyenangkan dan sekaligus sulit bagiku. “Menghormati Mama dan Papa dan dari akar jiwa yang terdalam untuk mematuhi kehendak mereka” walau aku rasa sulit. Lemping pelampauan diri ini digantungkan diatas oleh setiap orang yang menganggapku aneh, kemudian mereka akan berharap untuk dapat berkuasa atas diriku sendiri, bukankah itu kedengarannya aneh? “Setia dan demi kesetiaan itu bersedia mengambil resiko kehormatan, bahkan didalam tindakan yang berbahaya sekalipun” Iblis mencoba menasehatiku dengan kata-kata bijak “sesungguhnya manusialah yang telah menetapkan baik dan buruk bagi dirinya sendiri. Sesungguhnya, mereka tidak mengambilnya dari manapun atau menentukannya secara kebetulan, baik dan buruk itu bukanlah suara dari langit yang datang kepada kamu” demikianlah sepenggal khotbah kebaikan dari iblis yang mencoba memberikanku pencerahan, terima kasih telah memberikanku penilaian, karena tanpa penilaianmu terhadap diriku maka aku akan menjadi semakin bodoh, bukankah itu yang aku maksudkan sayang? Tapi apakah pernah engkau tahu, sayangku, tentang kata “muak”? tahukah engkau bagaimana kemarahan rasa keadilanmu ketika engkau bertindak adil kepada mereka yang mendiskriminasikan aku? Mungkin engkau dapat membuat orang berfikir lagi tentang diriku dan biaya untuk pemikiran yang baru saja engkau presentasikan itu akan mereka tagihkan kepada diriku. Aku mendekat kepada mereka, lalu engkau lewat begitu saja, karena itulah mereka tidak pernah memaafkanku. Aku sedang berusaha mencari pelampiasan dari penderitaanku sendiri sebab bintang-bintang terlalu jauh bagiku, untuk kuajak berdiskusi. Kemudian aku mengeluh “Seandainya saja ada jalan ke surga untuk masuk kedalam keberadaan lain dan kedalam kebahagiaan” lalu aku mengusahakan jalan pintas itu, lengkap dengan sajian aneh berupa pola fikir gila. Memang benar, didalam tubuhku bersemayam lebih banyak akal dibandingkan kebijaksanaan yang terbaik sekalipun. Dan siapa yang tahu, untuk apa saja tubuhku membutuhkan kebijaksanaan yang terbaik itu? Diriku tertawa pada egoku sendiri yang berlagak angkuh. “Apa artinya bagiku lagak dan fikiran yang berkeliaran tak tentu arah ini?” apakah ini sebuah jalan memutar yang akhirnya akan sampai ketujuanku untuk lepas dari perbudakan spiritual selama lebih dari 22 tahun?, aku adalah tali yang menggerakan ego dan menimbulkan fikiran didalam diriku” Diri bertitah kepada ego “Sakit?”, dan ego merasakan penderitaan. Setelah itu barulah ia berfikir bagaimana cara menyelesaikannya, dan itulah sebabnya dia harus berfikir. Maka, ketika ada orang yang mendiskriminasi dan menganggapku kecil, aku ingin mengatakan “aku memaafkan apa yang telah engkau lakukan kepada diriku, tapi bagaimana mungkin aku bisa memaafkan apa yang telah kamu lakukan terhadap diri kamu sendiri!” tapi aku akan mengatakan kepadamu bahwa aku sedang melakukan apa yang seharusnya aku lakukan.

Rekonstruksi CInta

Ketika aku sedang melewati sebuah batu besar, aku melihat bahwa ada jalan itu, tak jauh dari tempat aku berpijak saat ini, ada seseorang yang bergerak-gerak dengan liar seperti orang gila dan kemudian jatuh tertelungkup. “Berhenti!” kataku dalam hati, “pastilah dia sang manusia luhur itu dan dari jeritan itu dia datang. Coba, apakah aku dapat menolongnya” Ketika aku sudah dekat dengan orang yang jatuh tertelungkup itu, aku mendapati seorang tua yang matanya melotot. Semua usahaku untuk mengangkat orang tersebut tak berhasil. Orang malang itu seolah tak tahu bahwa ada orang didekatnya, dan terus bergerak-gerak sambil memandang kesekelilingnya, seperti orang yang telah terbuang dari dunia. Akhirnyadengan gemetaran dan kejang-kejang, sambil menekuk tubuh ia mulai meratap : Siapa yang mau menolongku? Siapa yang masih mau mencintaiku? Beri aku tangan-tangan yang hangat! Beri aku batu bara dihati! Tertelungkup aku, terentang aku, gemetaran aku, seperti dia yang sekarat dan dingin yang dihangatkan oleh kakinya, yang diguncang, ah!, oleh demam yang tak ia kenal, gemetar oleh panah-panah beku yang tajam, dikejar oleh engkau, KHAYALANKU!! Yang tak terhapuskan! Yang tersembunyi! Yang mengerikan! Wahai kau pemburu yang ada dibalik awan! Tersambar aku oleh kilatmu, Wahai engkau mata yang mencemoohku dari balik kegelapan : Dan aku pun terbaring. Menggulung tubuh, memuntir diri, dalam kejang oleh siksaan abadi. Dan terpukul.. Oleh engkau!! Pemburu yang paling kejam, Kau yang tak kukenal --- CINTA!! Pukul aku lebih keras! Pukul sekali lagi!! Tusuk dan cabiklah hatiku! Apalah arti siksaan ini, oleh panah-panah tumpul bergerigi Tak bosannya engkau akan kesakitan manusia, mengapa kau melihat dengan pandangan kilat illahi yang penuh kepuasan jahat! Mengapa engkau tidak membunuh! Tapi kau hanya menyiksa?! Mengapa engkau menyiksaku?! Wahai engkau yang berkepuasan jahat, kau CINTA yang tak ku kenal!! Ha..! Ha..! engkau mendekat? Ditengah malam, apa yang kau inginkan?! Katakan! Engkau menyesakan aku, menekan aku.. Ha..! terlalu dekat! Engkau mendengar nafasku, engkau mendengar detak jantungku.. Engkau selalu cemburu!! Apa yang membuatmu cemburu? Apakah aku harus seperti anjing?! Aku berguling-guling dihadapanmu? Dengan ketakutan, terbawa keluar dari diriku sendiri, dan kepadamu…mengibaskan ekor dengan penuh cinta? Sia-sia! Tusuk aku lagi! Sengat yang kejam! Bukan! Bukan anjing buruanmu aku ini bodoh! Pemburu yang paling kejam! Tawanan yang paling angkuh, kau perampok dibalik awan… Bicaralah!! Apa yang kau inginkan dari aku, hei perampok jalanan! Hei kau yang bersembunyi dalam kilat! Yang tak kukenal! Bicaralah!! Aku, yang kau inginkan?! Aku? Aku? Seutuhnya? Ha! Ha!! Bicara saja bodoh.. Dan kau ingin menyiksaku, hei Tolol!!? Menyiksa keangkuhanku sampai mati? Beri aku cinta… siapa yang akan menghangatkanku? Siapa yang masih mau mencintaiku? Berikan tangan-tangan yang hangat! Berikanlah kepadaku, serahkanlah Musuh yang paling mengerikan, untukku, yaitu Engkau!! Pergi! Kesana ia telah pergi, Dia, satu-satunya sahabatku.. Dia Musuhku yang terbesar Dia yang tak kukenal, CINTA – Algojoku! CINTA yang tak kukenal! Kesakitanku! Yang terakhir dari… kebahagianku! Saat ini otakku terkontaminasi dengan gottlos theory, mungkin bentuk kekecewaan komulatif dari kekecewaanku terhadap eksistensi Cinta, “Inilah yang tertinggi bagiku” demikian kata jiwaku yang telah membohongi diriku sendiri, aku telah memandang hidup tanpa keinginan, tidak seperti anjing yang terjulur lidahnya. Aku bersenang hati dalam memandang cinta yang telah dimatikan, pemikiran tanpa cengkeraman dan keserakahan dari keinginan untuk memuaskan diri sebagai bagian dari bentuk kekecewaan. “perumpamaan ini aku nyatakan kepada kalian wahai orang-orang munafik yang sentimental” yang memandang aku dengan bernafsu, yang menganggap aku tolol. Aku Mohon Ega… Selamatkan jiwaku, dan sementara.. aku akan pergi mengadu dengan segenggam keberanian “Malam telah turun.. semua mata air yang menggelegak berbicara dengan lebih keras. Jiwaku pun adalah mata air yang menggelegak. Malam telah turun, semua lagu dari mereka yang mencinta telah terbangun. Jiwaku pun adalah nyanyian dari seorang yang mencinta” Sesuatu yang mengganjal, tidak terpuaskan dalam diriku, ia rindu menjadi lantang. Sebuah keinginan akan cinta ada didalam diriku, yang berbicara dengan bahasa cinta. Ringan diriku ini, ah…. Seandainya aku adalah malam! Tapi inilah kesendirianku, menunggumu memberi kabar dalam bahasa, yang akan kubalut dengan cahaya. Ah… seandainya aku gelap dan malam! Betapa senangnya aku dapat menyusu pada puting yang terang. Dan aku akan memberkati kalian bintang-bintang kecil yang berkelap-kelip dan ulat cahaya diatas sana. Banyak matahari melintas dipadang pasir yang gersang, terhadap segala yang gelap cahaya mereka berbicara, tapi kepadaku mereka diam. Oh… inilah pertentangan antara cahaya dengan bintang yang bersinar. Tanpa belas kasihan ia melintasi perlintasannya. Tidak adil didalam hatinya yang paling dalam terhadap mereka yang bersinar, dingin, tak seperti matahari. Namun, demikian pula perjalanan matahari. Seperti badai, matahari itu menjalani lintasan perasaan antara Aku dan Nona, itulah perjalanku. Kehendak yang terbendung itulah aku yang ikuti, itulah dinginku. Ah… hanya kau lah, engkau lah yang gelap dan malam, yang menciptakan kehangatanku dari bintang yang bersinar dimalam ini. Hanya engkau yang mengajakku minum susu dan kesegaran dari puting cahaya. “Malam telah turun, astaga! Aku harus segera menjadi terang! Dahaga akan malam! Dahaga akan kesendirian! Malam telah turun, kerinduanku meluap dalam diriku seperti mata air! Aku rindu akan kata.. aku rindu kabarmu disana, aku menanti kabarmu hingga pagi! Malam telah turun, semua mata air yang menggelegak berbicara dengan lebih keras. Jiwakupun adalah mata air yang menggelegak. Malam telah turun, semua lagu dari engkau yang mencinta telah terbangun. Jiwakupun adalah nyanyian dari kamu yang mencinta”.

SEGA

“Ketika kemarin bulan muncul, aku berkhayal bahwa ia hendak melahirkan matahari, sebab begitu luas dan berisi tampaknya ketika ia berbaring di cakrawala. Tapi ia berdusta kepadaku tentang kehamilannya, dan aku lebih percaya pada diriku didalam bulan daripada diriku dibalik cermin. Memang aku, pejalan malam yang penakut ini, memiliki sedikit nafsu kejantanan, dan sesungguhnya dengan fikiran jahat aku mengendap-ngendap diatas atap” Aku tidak akan menyukai kucing-kucing yang mengendap-ngendap diatas ini! Penuh permusuhan aku terhadap segala yang mengendap didekat jendela kamarku yang setengah tertutup! Dengan khidmat dan hening, ia menapaki karpet bintan, tapi aku tak menukai langkah kaki yang berjingkat, dimana tak satu taji pun bergemerincing. Semua langkah terang-terangan pasti akan berbicara lantang, tapi si kucing menyelinap diatas tanah. Lihat sang bulan datang mendekat, tidak dengan terang-terangan melainkan seperti kucing. Analogi ini aku sebut wawasan tanpa noda akan segal sesuatu yang tak pernah terfikir sebelumnya, selain supaya aku bisa berbaring dihadapannya seperti cermin dengan seratus wajah.. Lalu aku bertanya : “Dimana keluguan? Dimana kehendak untuk beranak pinak? Barangsiapa yang hendak mencipta melampaui dirinya sendiri, dialah yang kulihat memiliki kehendak yang paling murni. “ “Dimana keindahan? Kemana aku harus pergi dengan segala kehendakku, dimana aku bisa mencintai dan menyerah, supaya angan-anganku tidak tetap tinggal sebagai angan-angan saja?” Cinta dan penyerahan… keduanya sudah berima sejak keabadian ada. Kehendak cinta adalah kerelaan untuk dikorbankan. Demikian aku katakan kepada diriku dihadapan cermin malam ini. Sesungguhnya seperti matahari aku mencintai kamu dan segala yang terjadi dalam dirimu yang dalam pula. Itulah yang aku sebut impianku: bahwa segala kedalaman akan naik menuju ketinggianku! Hingga aku akan meninjak disatu masa dimana aku dapat mengkombinasikan harapan ini menjadi cinta abadi.Izinkan aku untuk sekali lagi mencintaimu, berikan aku kesempatan untuk menghidupkan kembali hidupku dan menjadikan kisah sega 2k5 abadi untuk selamanya. Demikian aku berkhayal pagi ini.

Spektrum Hitam Putih

Jarak itu semakin membentang melewati batas pandangku warna yang dulu menghiasi jalan kita terperangkap dalam spektrum hitam-putih tak ada gemerlap yang mestinya kita tatap bersama sebab kabut hitam menyembunyikan gemintang padahal cahanya itu selalu menyilau kala duka, menyapa kita sepotong bulan pun enggan tersenyum lantaran mendung memperebutkannya dengan langit cerah kita padahal dulu, saat kelam tawa kita tetap berpadu dengan setitik cahaya yang kita cari bersama kelakar begitu mudah tercipta lantaran banyaknya cerita cinta perjalanan Karl Marx, Descartes, Lenin, Imam Khomeni, Ali syariati, Aris toteles, Plato bahkan Tommy&Jerry aku semakin tertatih jika harus menepaki jalan berjarak sebab dayaku tak mampu mengikuti lantaran kita terlanjur memasang pagar beton bersemat kawat berduri berlapis ego dan kesombongan padahal jarak itu tak semestinya ada karena atap kita berpintu satu meski ada merah, orange, hijau dan biru yang memainkan melodi di dalamnya karena dulu kita sama berikrar untuk berlari di atas pelangi kini jalanku semakin berjarak oleh spektrum hitam-putih mengabaikan warna-warni bias kromatografi kertas tak ada lengkungan pelangi! tak ada lingkaran CINTA! pautan tangan, tinggal sekedarnya! ciuman sayang, menjadi langkah! ucapan salam, menyisakan ritual belaka! bertanya kabar, apa lagi! kita telah terjatuh dalam kubangan HITAM-PUTIH yang tak semestinya ada dan saling menghukumi

Dum Spiro Spero

Mataku baru saja terbuka saat penjual bubur diseberang jalan itu telah membuka dagangannya, lelahku belum tersandarkan juga, kudengar sabda sebatang rokok yang mengepul diantara sesaknya helaan nafasku manasbihkan sebentuk harapan yang terkungkung beribu imajinasi. yang terakhir belum kulakukan hanya menipiskan sejengkal tanah yang baru saja dibasahi hujan pagi ini, tentang karya ilmiah yang tercipta melalui intimidasi fikiran, vandalisme fikiran dan hal-hal yang berkaitan dengan dimensi ketiga turunan waktu. mentari diufuk timur belum muncul, yang muncul pagi ini adalah keresahan, aku mungkin saja dapat segera mensubtitusikan keresahan ini menjadi sepenggal kisah kasih penyamun kecil yang berada diujung jurang tapi aku masih belum mau melakukan hal itu sampai aku benar-benar yakin untuk melakukan hal yang pada akhirnya pun akan pula menjadi penyesalan. ironis ketika harus kembali bertempur melawan ketidakpastian karena kebodohonanku yang terprovokasi untuk terus masuk kedalam duniamu, tidak secara elegan atau cara-cara semi ekslusif melainkan dengan cara yang sama sekali tidak berdasarkan teori usang kahlil gibran keparat itu tentang romantisme hubungan integral perasaan.huffhttss... sudahlah lupakan sejenak tentang sajak laki-laki berkumis itu, kini kita hidup dizaman berbeda kawan, zaman yang telah dipenuhi oleh akar-akar globalisasi yang telah menjalar dari pedesaan sampai gedung-gedung di perkotaan, zaman yang telah dipenuhi oleh sekumpulan bajingan kecil yang ketergantungan akan teknologi sehingga sangat-sangat memungkinkan untuk memanipulasi cinta, zaman yang telah dipenuhi dengan kebohongan, kemerosotan moral dan zaman yang telah dipenuhi oleh kekecewaan pengikut gibran karena teori yang dulu sangat diagungkan saat ini telah dijungkirbalikan oleh perkembangan syaraf homo sapiens!“Pagi bisu yang memendam keresahan”, aku bermain dengan Logat spekulatif yang lantang-suaranya, secara teratur muncul di atas panggung ketika kelincahan Gallicnya dalam memahami sesuatu tidak bisa menyelamatkanku dari vortus amarah yang seketika datang saat aku harus memuntahkan kekecewaanku kembali. Nada yang membusungkan dada, yang mengagung-agungkan diri sendiri, yang angkuh, dan terutama racauan yang tak henti-henti tentang "cinta untuk Nona" dan pertunjukan yang palsu tentang hal itu, yang selalu begitu tidak bermanfaat, terus-menerus berdengung di telinga orang-orang yang menanggapku gila bagai terserang syndrome tourette. Aku mulai menulis secara sistematis bagian-bagian tertentu diolah melalui kata-kata yang mentereng menjadi demam panas yang berlangsung sementara, berbeda dengan kehangatan yang asli yang membara dalam tulisanku yang sebelumnya. Hanya saja Sebagai tambahan, pertunjukan yang kikuk, memuakan mendampingi kelenjar keegoisan sehingga melahirkan keangkuhan pembawaannya pada fikiran-fikiran yang asli, merdeka telah dipatahkan dan yang sekarang, sebagai parvenu ilmu, mengganggap perlu menggembar-gemborkan apa yang dia bukan atau apa yang tidak dimilikinya. Kemudian mentalitas sampah kecil ini, yang dengan cara kebinatangan yang tidak sopan sedikitpun-dan tidak tajam maupun tidak mendalam serta tidak pula tepat-menyerang orang sepertiku, agar dihargai karena sikap praktisnya terhadap dirimu yang mungkin sangat memaknai tiap lembaran kehidupan yang telah dijalani, di pihak lain aku ingin sekali bersikap sopan terhadap orang seperti dirimu dan lagi perasaanku secara keseluruhan yang aku maksudkan adalah terletak dalam keseriusan yang lucu yang sangat membosankan, aku berusaha mengkotbahkan ungkapan perasaan yang dikarekterisasi oleh Helvetius sebagai dari yang malang dituntut keharusan menjadi sempurna. Ini terdengar bagus, tampak simetrikal. Tetapi apakah ini masuk akal? Ketika aku berusaha kembali mengajakmu untuk belajar mencintaiku, tapi aku sendirilah yang telah membekukan harapan tadi, Nampak jelas dan berbeda sekali, mungkin kamu menganggap ini lucu, tapi tidak bagiku, karena inilah saat dimana aku harus dapat mengambil simpati yang sangat sulit. Kreasi artistik tentu saja bukanlah omelan meskipun ini juga merupakan pembelokan, sebuah perubahan dan transformasi realita, sesuai dengan apa yang saat ini terjadi. Sejauh apapun seni fantasi melangkah, dia tak bisa menolak material lain kecuali apa yang diberikan dunia tiga dimensi. Bahkan saat sorang artis menciptakan surga dan neraka, dia hanya mentransformasikan pengalaman dari hidupnya dalam phantasmagoria. Mungkin saja aku masih dapat mengingat untuk menjadikan kisah “Sendy dan Egha” dalam satu drama teatrikal berjudul kesetiaan. kemungkinan itu masih ada, harapan itu masih ada, selama masih ada kehidupan disini!

Aku Mulai Muak

Aku telah banyak melakukan perjalanan spiritual didalam kehidupanku, tak dapat kupungkiri kehidupan ini berjalan dengan begitu cepat tanpa bias ku kendalikan, tidak semudah mengontrol human instinct dalam tabulasi pengumpulan keberanian untuk dapat maju melawan arus kehidupan yang sedemikian deras. Salah satu lompatan terjauh didalam kehidupanku adalah ketika aku memutuskan untuk mengakhiri masa lajangku, melepaskan seluruh kebebasan yang kemudian termanifestasikan didalam bahtera rumah tangga, belum genap 6 bulan pasca aku menikahi seorang wanita yang menjadi pilihanku, tepat pada tanggal dimana Gamal Abdul Nasser megkudeta Raja Farouk dari Mesir 59 Tahun yang lalu. Aku mulai merasa asing di istanaku sendiri!

Sebuah pilihan yang ternyata sulit, penjungkirbalikan teori kehidupan yang aku jalani bersamanya memang telah terjadi, kepusingan, bahkan kefrustasian mengawali perjalanan pernikahan kami di bulan-bulan pertama pernikahan kami. Aku mencatat 21 kali pertengkaran kecil dan 4 kali pertengkaran yang nyaris membuat kita berpisah, selama hampir 6 bulan telah 25 kali kami berseteru dalam berbagai permasalahan kompleks yang pada akhirnya membuat aku hampir muntah saat mengetik naskah ini.

“Kamu masih mengingatnya” begitulah kira-kira sepenggal pernyataan yang kerap kali keluar dari mulut si tuan putri ketika kita terlibat dalam percekcokan mulut. Siapa yang dia maksud, tentu saja maksudnya adalah seorang wanita yang pernah begitu melekat didalam fikiranku dulu, wanita yang menemani perjalanan awal cintaku dari tanggal 10 April 1999 sampai 8 Desember 2008, entah mengapa tuan putrid selalu saja menghadirkan bayanganya didalam setiap perselisihan kami. Yang pada akhirnya membuat aku memperbandingkan sosok wanita itu dan dirinya.

Aku bukan tanpa alas an, sering kali terbesit didalam fikiranku untuk lepas saja dari belenggu pernikahan setelah kata “bahagia” tak kunjung terciptakan, terlalu banyak perbedaan yang tidak dapat dipersatukan, sehingga pada akhirnya melahirkan gagasan untuk sesegera mungkin menghindar dari kenyataan hidup ini. Egoisitas berdiri diatas kepala kita. Dan aku muak!

 
 
 

Member

 
Copyright © THE LAST EPISODE Powered by: Blogger.com
Template By: Ikhsan Hafiyudin