Artikel Terbaru »

Maafkan Aku Mama

“Mah… Lihat raport ku… Aku naik kelas..” Mama tersenyum bangga kepadaku
“Mah... Aku khatam Al-quran..” Mama masih tersenyum bahagia..
“Mah... Aku Juara I Lomba Sepatu Roda..” Mama mengelus kepalaku dan tersenyum..
“Mah... Aku dapet nilai Sejarah 10 di Raport…” Mama ceritakan ke semua orang..

Semua itu adalah bagian dari cerita masa Indahku bersama Mama... semua begitu Indah... bersama Mama, Papa, dan Adik kecilku.. Begitu bangga Mama akan diriku yang menurutnya dapat mengangkat derajat dan martabat keluarga kelak, aku sangat dipersiapkan untuk menjadi putra mahkota pewaris tahta kerajaan putus asa ini...
Papa dengan bijaksana mengajariku tentang kehidupan, tentang masa dimana aku kan tahu siapa aku.. Mama yang dengan lembut mengajariku tentang keterbatasan.. dan aku pun berusaha mengimplementasikan “isme” mereka dengan baik.
Sampai tiba saat aku menjejakan kakiku di sebuah lembah yang akan memaksaku untuk terjun kedalamnya.. lembah yang seketika langsung menjerumuskanku kedalam lubang yang teramat dalam .. disana aku memanggil manggil harapan namun nyaris tanpa suara.. berteriak juga tanpa suara.. hanya mahkota kebimbanganlah yang saat itu aku kenakan melengkapi keterpaksaanku menjalani rutinitas yang kelak akan sangat membosankan...

Kehidupan yang telah aku pilih.. tak berarti banyak ketika tenggelam dalam lautan penyesalan… bergunakah sepi jika hujan merintik basahi nurani jiwa yang bersih..
Jalan berliku.. terjal bagai bukit yang mengarak awan dari ujung dunia ke dasar samudera.. siapa punya keabadian?! jelas Tuhan Yang Maha kuasa… tapi apa aku masih punya kuasa.. setidaknya untuk diriku sendiri…Aku membawa kabur kebebasan yang seharusnya aku rasakan saat usiaku menginjak pubertas. Kembali kealam bawah sadar, rapatnya tembok sesal menyulitkan aku untuk dapat menembusnya, lalu setebal apakah keimanan?! Tak usah pertanyakan! Kesampingkan sajalah dulu itu, percuma, aku takkan mampu menembusnya karena aku tak punya cukup kekuatan untuk dapat mendobraknya, hanya saja aku dapat menyentuhnya halus kala aku berada disamping pelukan Mama saat menjelang sakitku. Berserakanlah muntahan bau busuk keluar dari mulutku namun dengan penuh kasih, Mama segera menyekanya dengan cinta darinya untukku.

Aku masih tetap sama seperti hari kemarin.. saat kupacu sedan putihku melaju melintasi jalan bebas hambatan yang menghubungkanku dengan jalan menuju kepuasan tak terbatas, tak pernah tiba saat bestari bangunkan aku dari mimpi buruk ini, tubuh mungilku sudah tidak mampu lagi bermanuver bersamanya, Saat terumo kecil menancap dikulit halusku lalu meluncur deras melalui nadiku bercampur darah kotor itu untuk membawaku serta kealam kedamaian versiku, sebatang rokok aku hisap dalam-dalam, sedalam percakapan hangatku dengan Iblis saat itu, sedetik kemudian telah sampailah aku diduniaku sendiri, dunia yang tak semua orang dapat hidup didalamnya, sejenak lelahku tersandarkan, permasalahan, egoisitas, kemunafikan hidup, terbantahkan saat itu, Tiap jengkal tanah yang aku lewati, meninggalkan tetesan darah segar, menjilati keangkuhanku sendiri.. aku yang memang hadir kala simpatisan iblis mendukungku untuk segera mempatrikan gurat penyesalan di plakat jinggaku yang murni, hanya terpaku didepan batu Nisan sahabat yang mati karena ketololannya sendiri, pun demikian dengan aku.. “Ah...ini melelahkan” ketika harus berjibaku melawan kealpaan dengan perhitungan matematis diatas kertas tanpa menunjukan hasil yang signifikan untuk tiap perubahan kecil yang akan aku kemas ini..”Ini bukan sekedar teori”.. ketika Aku berfikir untuk melepas ketergantunganku pada “Snow white”, seketika itu juga aku berada diantara persimpangan antara egoisitas dan kemunafikan.. kemunafikan pada tiap janji yang aku ucapkan pada Mama, Papa, dan sahabatku!! Refleksi dari cerita yang bahkan aku tak pernah ingin menulisnya!!

“Mah.. Aku Mengidap Kanker Hati...”

Wajah Mama merah padam.. terlihat jelas guratan kekecewaan dari wajah cantik mama... rasa kecewa jelas terpancar dari wajahnya.. bulir-bulir airmata mulai membasahi pipinya walau Mama berusaha tegar untuk menerima kenyataan ini.. Tak ada lagi senyum bangga diwajah Mama.. yang dulu selalu kulihat ketika aku naik kelas.. tak ada lagi peluk cium mama yang dulu aku lihat ketika aku Juara Lomba sepatu roda.. “Sabar ya Nak.. Tuhan sedang bicara kepada kamu..” kata-kata itu meluncur dari mulutnya dengan begitu bergetar.. Aku yang tertunduk malu begitu kaget dengan ucapan Mama.. sebelum aku memberanikan diri untuk bilang ke Mama, Aku membayangkan Akan hinaan, cacian, makian, dan hal terburuk lainnya.. tapi Mama begitu lembut, bahkan sangat lembut.. Mama berikan aku ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi vonis ini.. dan Mama tak lagi menceritakan hal ini kepada semua orang, tak seperti ketika aku mendapatkan Nilai 10 di raport.
Mama tidak pernah marah atas akibat yang menimpaku saat ini, menyimpan keluh kesahnya sendirian, memelukku ketika aku menderita syndrom ketergantungan heroin di Panti Rehabilitasi.. menungguiku di Rumah Sakit.. Bahkan ketika aku terdiskriminasi, terstigma, terasingkan dari Keluarga Besarku karena statusku sebagai seorang Pecandu Napza yang terdiagnosis kanker hati stadium 3 pun Mama berusaha meyakinkanku bahwa mereka bersikap demikian karena ketidakmengertian mereka akan permasalahan yang sesungguhnya...! Hepatoselulerkarsinoma mengawali perjalanan si virus untuk memporak porandakan tubuh lemahku.. tak lama Limpadenopati datang menemani.. Yah, aku berusaha untuk dapat berdiri.. untuk tersenyum.. namun baru saja aku mencoba bangkit.. Tuhan berikan lagi satu “hadiah” Progressive Multifocal Leucoencephalopathy!! Awalnya aku merasakan lemah kaki kanan dan kiriku, lemah dalam berfikir dan berbicara dalam intensitas terbatas..namun ketika hasil Magnetic Resonance ku keluar.. GOD! Dokter mulai menjelaskan bahwa itu Infeksi Oportunistik pada otak!! Damn…!! Lututku bergetar.. ada apa lagi Tuhan.. semua organ ditubuhku tak ada lagi yang normal… hati, paru-paru, dan kini otak! Aku Pasrah..tertunduk lesu kemudian Mama memelukku.. erat.. dan sangat erat.. seakan enggan melepaskan aku begitu saja untuk menuju inverno yang abadi..!! Mama menangis sejadi-jadinya kemudian terbayang saat-saat indah yang aku lewati bersamanya, gelak tawa yang tercipta, dan berjuta kenangan indah bersama mama, dan tanpa terasa airmataku jatuh..


Mama…
Maafkan aku yang tak dapat menempatkan diriku di tempat tertinggi..
Maafkan aku yang tak lagi dapat membuat Mama tersenyum…
Maafkan aku yang tak pernah bisa membuat Mama bangga seperti dulu..
Maafkan aku yang tak mampu menggurui diriku sendiri…

Aku memang lemah tapi aku belum menyerah.. aku masih ingin melihat Mama tersenyum bangga melihatku bekerja!! aku masih ingin melihat teman-temanku yang tersisa itu lepas dari ketergantungan, aku masih ingin melihat adik kecilku berangkat sekolah.. meskipun aku tak ingin adik manisku itu tahu tentang “Aku”… aku masih ingin membantu kawan-kawanku yang terinfeksi lainnya untuk memperjuangkan hak nya sebagai bagian dari masyarakat kelas social.

Aku terlahir sebagai manusia normal, yang menangis kali pertama aku dilahirkan kemuka bumi, tanpa dosa apapun atau cacat fisik. Aku merasakan belaian kasih orangtuaku membelai tubuhku tiap hari penuh cinta, walaupun ditengah-tengah perjalanan hidupku, aku berada dibelakang garis keputusasaan yang membuatku enggan mendeskripsikan betapa seorang hina seperti diriku dapat terus memacu laju kendaraan hidupku dengan baik, namun setidaknya aku dilahirkan untuk hidup sebagai manusia yang memanusiakan manusia, bukan sebagai manusia yang membinatangkan manusia seperti yang selama ini aku rasakan, saat bayangan viktimisasi, stigmatisasi itu selalu menghantuiku sepanjang hidupku.

Walaupun banyak orang yang memandangangku sebelah mata, namun Banyak juga yang berusaha menjadi pahlawan dari kesempatan ini, menasehatiku lalu pergi berlalu dengan berhati-hati saat mendekatiku sambil berdecak ”Sabar, ya...” seraya mengasihaniku dengan mencoba memfasilitasi kealpaanku dari nista semu menghentak.. menggebrak payung-payung yang telah terbuka namun ketika hujan turun ia menutupnya. Lalu ada apa dengan semua?! Ataukah hanya sebuah personifikasi segmentasi kehidupan?! Ada apa dengan diriku.. aku ingin bercerita tapi apa kalian mau dengar?!


Aku sudah cukup muak dengan semua perlakuan demikian walaupun pada akhirnya aku menyadari kalau itulah konsekwensi dari apa yang telah aku lakukan sebelumnya, tapi apakah salah jika aku meminta kalian mengerti tentang keadaanku yang memang membutuhkan pengakuan sebagai makhluk Tuhan yang kalian sebut Manusia itu?! Mungkin aku terlalu egois dan keras untuk menyikapi hal ini.. tapi apakah aku akan terus berpangku tangan ketika jutaan Mama di muka bumi ini menangis ketika anak-anak yang telah mereka lahirkan harus menderita!!? Dan harus menerima perlakuan yang sangat tidak manusiawi?! Diasingkan, ditolak Rumah sakit ketika sekarat dengan alasan yang tidak masuk akal?! harus menghadapi diskriminasi disekolah, ditempat kerja dikucilkan dari pergaulan,..?! bahkan harus menanggung malu lantaran vonis yang diberikan oleh masyarakat!? Apa aku harus diam!? Aku pernah mengalaminya!! Dan apa mereka peduli?! Aku ingin terus berjuang agar stigma dan diskriminasi ini tak akan pernah terjadi lagi pada hidupku, hari ini, esok, lusa, dan sampai kapanpun. Karena menurutku DIAM SAMA DENGAN MATI, aku sangat ingin melihat orang-orang dapat berkomunikasi kepada orang yang terdiagnosis kanker dengan cara yang mereka lakukan kepada orang dengan penyakit biasa yang umum. Maksudku tanpa rasa takut, mendeskriditkan, atau menghakimi, sama dengan harapan Mama dan jutaan Mama lain yang selalu ingin orang-orang itu mengerti tentang bagian dari kehidupan yang aku alami karena tak ada satu orangpun di dunia ini yang tidak berpotensi menyandang status sebagai seorang dengan kanker hati yang mencoba bertahan.

“Mama adalah satu-satunya alasan untukku bertahan hidup” mungkin di luar sana banyak sekali wanita-wanita hebat yang mampu merubah dunia… tapi untukku… Mama ku adalah wanita terhebat di dunia!! Lebih hebat dari Margaret Teatcher, lebih cantik dari Queen Nevertiti, atau sedigjaya Corazon Aquinno..!! Mama adalah anugerah terindah yang pernah Tuhan berikan unutkku…terima kasih Mah untuk semua ini.. Maafkan aku …
“Aku Mengidap Kanker”.

1 Comment:

  1. neng nia said...
    Tauuu ga , Pas Tadi kamuu bilang sama aQu kaloo kamuuu udahhh sembuhh, aQu Seneng bangett dengernya... Alhamdulillah yahhhh

    kamuuu haruss tetep Jadi kebanggaan keluarga yaa, khusus nya Mama.... :))

    SEMANGAT SHANDY< Saudara Qu.. hehehhe

Post a Comment



 
 
 

Member

 
Copyright © THE LAST EPISODE Powered by: Blogger.com
Template By: Ikhsan Hafiyudin